“Bagaimana sudah, opa Polus. Ini tikar sudah terbentang. Kita duduk dulu. Bicara dulu. Ada bagian dari hari kemarin yang belum kau selesaikan. Biar sambil kunyah sirih pinang. Yang penting kita bicara dulu” “Apa cerita yang belum selesai itu? Bagian mana yang ada sisa?” “Itu tanya sepertinya aku jawab dengan tanya juga, opa. Aku sekarang sudah besar. Tidak lama lagi dilepas di rimba hidup. Jauh dari raga bapa. Tidak dekat juga dengan raga mama. Tetapi darah kami sama. Nadinya saja yang beda. Aku terbuat dari banyak darah yang tumpah dari mama tetapi diisi terus oleh bapa. Aku harus seperti apa supaya tahan hidup? Bagaimana agar jadi kebanggaan bapa atau mama atau siapa pun?” “Hidupmu itu singkat. Hidup singgah namanya. Jangan selesaikan yang singkat dengan yang tak singkat. Intinya jangan lawan arah. Jangan juga jalan dengan yang tak ramah. Yang marahnya lebih tinggi dari ramahnya. Jangan juga satu jalur dengan yang tuntun kau ke jurang. Boleh seperti itu asal jangan ikut ke ju...