Siapa pun pasti tidak membantah kenyataan bahwa segala yang berasal dari mama selalu cuma-cuma. Mama selalu memberi segala dan selama itu pula mama tidak pernah menuntut agar kebaikannya dibalas. Di usia yang sudah tak lagi belia, ketakutan terbesar yang saya rasakan bukan lagi ketika mama marah. Konon ketika usia masih belum apa-apa, celaka adalah saat mama marah. Alasannya macam-macam. Yang pasti kemarahan mama dipicu oleh tingkah saya yang berlebihan yang kasarnya disebut nakal. Lagi-lagi di usia sekarang saya menjadi sadar. Konon ketika mama marah, kemarahannya adalah kasih sayang yang tumpah ruah; menuntun anaknya ke kanan ketika si anak mulai berjalan di kiri. Saat ini, ketika menulis cerita ini (dan tidak tahu sampai kapan), ketakutan terbesar saya adalah ketika mama diam karena marah. Sampai kapanpun pasti selalu ada saat di mana untuk kesekian kalinya tingkah saya tidak berkenan di hati mama. Lalu mama mara...