Kita boleh pergi sejauh yang kita mau. Boleh berangkat sejarak yang mampu kita pandang. Tetapi suatu waktu tetap akan pulang juga. Kembali ke rumah tempat kita memulai semua. Sampai di fase perjalanan pulang, kita pasti merasa seperti selamat dari jurang. Lega seperti terbebas dari cengkeraman segala luka. Tidak ada rumah yang menolak kekurangan. Kalau ayang menolak satu dua kurang dari dirimu, maka harus berpikir logis. Itu berarti ayangmu bukanlah rumah. Ehhhhhh? Anjiiirrr. Kenapa pembahasan kita sejauh itu, Bambang? Melenceng lancang. Mari kita lanjut. Setelah dikandung selama sekitar lima tahun, Sanpio tentu saja rumah bagi saya. Dan jika kepada saya diberi pertanyaan “seperti apa Sanpio?” saya akan menjawab sesederhana ini “Sanpio adalah rumah tanpa kerikil dan duri, rumah yang jauh dari bunyi, rumah paling akrab dengan sunyi. Di Sanpio kau tidak pernah sendiri. Tidak akan dibiarkan menyendiri” Dari rumah saya berangkat pukul nol enam lewat sekian menit. Dalam perjalanan d...