Langsung ke konten utama

Postingan

Mendaki Pundak

Setelah lama hanya menjadi wacana, keinginan mendaki akhirnya terwujud. Kami meninggalkan riuh rendah Kota Pahlawan dan sejenak menepi ke alam. Tanggal delapan belas Januari kami mendaki Gunung Pundak yang terletak di daerah Mojokerto, Jawa Timur. Kami berangkat dalam rombongan kecil berjumlah empat orang. Pagi hari, sekitar pukul lima lebih beberapa menit kami berangkat dari daerah Sidoarjo. Dengan menggunakan kendaraan roda dua, perjalanan menuju titik awal pendakian Gunung Pundak ditempuh dalam waktu dua jam lebih.  Selama dalam perjalanan menuju lokasi, saya dan seorang kawan saya asyik membincangkan keindahan lanskap alam. Kontur alam yang kami lewati tidak saja menyajikan pemandangan indah tetapi juga menantang nyali. Di beberapa titik, kelok jalan memang begitu curam. Itu menjadi alasan mengapa kami memutuskan untuk berjalan dengan sangat hati-hati. Kendaraan roda dua yang kami gunakan sengaja dipelankan kecepatannya ketika tiba di titik-titik tertentu. Kadang, kecepatan jug...
Postingan terbaru

Gembala Kami yang Gegabah

Sumber ilustrasi: Canva Setelah beredar kabar terkait kasus perselingkuhan yang menimpa Pastor Paroki Kisol, muncul setidaknya dua klarifikasi. Catatan klarifikasi itu masing-masing datang dari pihak yang sedang dalam masalah. Pertama datang dari Gusti (berat bagi saya untuk menyebutnya romo) kemudian menyusul surat klarifikasi resmi yang ditandatangani di atas materai dari Valentinus. Saya kira suami mana pun akan marah apabila mendapati istrinya “menghangatkan” tubuh dalam satu selimut dengan Pastor. Tulisan ini hanya curahan hati seorang “domba” yang sangat menyayangkan gembalanya bersikap gegabah. Di kepala saya muncul banyak pertanyaan ketika klarifikasi pertama (dari Gusti) muncul. Pada poin ke empat belas dalam surat klarifikasinya, disebutkan bahwa ketika tiba di tengah jalan ia dihubungi Hermin (Mama Sindi). Karena memikirkan keselamatan Hermin, Gusti beserta orang-orang yang satu mobil dengannya kembali ke rumah Valentinus dan menjemput Hermin. Pertanyaannya, kenapa bisa semu...

Rencana Pengakuan Dosa

  Sumber ilustrasi: Canva.           Hari Minggu kemarin (17/03/24), saya kembali menghadiri perayaan ekaristi di Katedral Hati Kudus Yesus. Rencana awal saya mengikuti perayaan ekaristi pukul 16.30 WIB. Saya memiliki kebiasaan siesta dan sebelum ke Katedral, saya menyempatkan diri untuk siesta terlebih dahulu. Entah setan apa yang merasuk, saya kebablasan dan terbangun tepat dua puluh menit sebelum perayaan dimulai. Sejenak saya menimbang, apakah lekas mempersiapkan diri lalu tetap ngotot mengikuti perayaan atau menunda saja. Selang beberapa menit, saya memutuskan untuk menunda saja. Bukan menunda ke Minggu berikut tetapi menunda beberapa jam.             Keputusan itu tentu bukan tanpa alasan. Kecenderungan saya yakni tidak nyaman jika tergesa-gesa menyiapkan diri, entah untuk urusan apapun. Saya punya kebiasaan buruk dari mulai mandi lama hingga beres-beres lama. Belum lagi lama berdiri di luar ...

Belajar Banyak dari Mama

                              Saya selalu bangga setiap kali mengatakan “mama saya seorang guru” sekalipun hingga hari ini gaji guru begitu-begitu saja. Bukan semata soal gaji. Toh, mama baru saja sukses melewati seleksi menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja atau yang biasa disebut P3K. Beliau bercerita kalau gajinya sekarang jauh lebih baik. Lagi-lagi bukan soal gaji. Saya bangga karena tugas guru sungguh terlalu mulia. Semua orang mengakui itu. Kata orang, guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Saya bangga sekali menjadi anak pahlawan tanpa tanda jasa.             Saya belajar banyak dari mama terutama ketika saya mengikuti program Kampus Mengajar yang diadakan oleh KEMDIKBUDRISTEK. Program itu sedang berlangsung hingga Juni nanti. Saya sekarang selain sebagai mahasiswa juga adalah seorang guru di SMP Bina Karya yang lokasinya be...

Malam ini Ada Ujud untuk Mas Budi

Saya lupa persis ini malam ke berapa. Yang pasti, beberapa malam terakhir saya konsisten berangkat ke Katedral. Beberapa malam belakangan ketika waktu menujukkan kurang lima belas menit sebelum jam sepuluh malam saya beranjak dari kamar. Di Katedral, persisnya di bagian kiri luar altar, ada bilik. Maria menunggu di situ. Di bilik yang kurang ramai dikunjungi itu. Kita menyebut bilik itu sebagai Gua Maria. Meski tak ramai, pasti selalu ada orang yang bakar lilin kemudian khusyuk melantunkan doa di bilik itu. Dari malam ke malam selalu saja ada yang berlutut. Ada yang bahkan berdoa dan mengamini doa dengan air mata.      Rutinitas baru mengunjungi dan berdoa di Gua Maria yang ada di Katedral Hati Kudus Yesus saya mulai tanpa perencanaan. Ketika sedang dalam masalah, sangat jarang saya berdoa. Alih-alih berdoa, saya justru banyak mengeluh. Saya hanya akan berdoa ketika menghadiri Misa hari Minggu sore. Khusyuk sekali. Sebelum misa dan seusai misa. Ujud-ujud saya sama, mohon ...

Adu Ide dalam Diskusi Virtual

          Setelah jeda selama beberapa pekan, Komunitas Tutur Karya (Tura) kembali mengadakan diskusi akhir pekan. Sebagaimana biasanya, diskusi berlangsung di ruang virtual. Diskusi pertama setelah jeda sekaligus menjadi diskusi pertama di tahun 2024 dan tepatnya diadakan pada Sabtu, 06 Januari 2024 pukul 19.30 wita. Divisi Jurnalistik Komunitas Tura berhasil menjalin relasi dengan salah seorang siswa SMAK Setia Bakti Ruteng yang belum lama ini tulisannya menjadi juara favorit dalam lomba Biology Fun Competition. Yohanes Teilardany Lerek atau yang akrab disapa Isyan tidak keberatan ketika anggota divisi jurnalistik memintanya untuk memaparkan karya ilmiah yang ditulisnya dalam kesempatan diskusi Tura. Tujuan pemaparan tentu bukan untuk menguji penulis (Isyan) tetapi untuk berdiskusi, melihat celah yang perlu ditambal sekaligus agar gagasan Isyan diketahui oleh semakin banyak orang, terlebih orang-orang muda di Tura.       ...